MUSIBAH MEDSOS DAN HUSNUL KHATIMAH
Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol
Musibah medsos maksud judul di atas adalah untuk menyatakan dan sekaligus mengingatkan diri betapa dahsyatnya media sosial (medsos) telah mewarnai semua sisi kehidupan manusia digital, tak terkecuali dalam mengamalkan perintah Rasul untuk mengunjungi keluarga yang ditimpa musibah (bertakziah), penyelenggaraan jenazah dan kunjungan pasca musibah.
Dalam dua minggu ini penulis (Jum’at, 28 April 2023 kakak ipar dan Jum’at, 12 Mei 2023 adik kandung wafat) menghadapi ujian musibah. Luar biasa penuh sesaknya handphone dengan ucapan duka, dan juga karangan bunga, jauh melebihi berlipat kali jumlahnya dengan orang yang datang secara fisik.
Terasa luar biasa pergeseran makna takziah dan berbagi duka yang tentu menjadi renungan bagi siapapun, ternyata sentuhan fisik, tatap wajah, jabatan tangan dan ucapan duka yang disampaikan langsung, tak bisa dinilai harganya dengan postingan di medsos, karangan bunga dan vidio sekalipun.
Amat patut sekali dihargai kearifan budaya lama, (sa barek-barek mato mamandang, iyo tetap barek bahu mamikue), artinya perasaan yang dialami oleh orang yang ditimpa musibah jauh lebih berat dari orang melihat, itu pula sebabnya Nabi mengajarkan dari enam kewajiban sesama muslim, satu di antaranya mengunjugi saat kematian.
Wafat, kematian dan berpulang kerahmatullah adalah sebutan yang dipakai atas berakhirnya masa hidup seorang, sesuai kontrak yang ditandatangani dengan sang pemberi hidup untuknya, Allah subhanahu wata’ala (QS. Al- A’raf/7:172). Ruh yang tadinya berasal dari yang maha suci, dipenuhi dengan aplikasi inderawi, hati yang super canggih, pada saat waktu berlaku habis (ajal) maka ia mesti disyukuri, (QS. al-Sajadah/32:9).
Malaikat maut, Izrail, dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil sang khaliq untuk mengembalikan ciptaannya pada sang pencipta, (QS. Al-Sajadah/32: 11), sungguh luar biasa ketat, tak diberi informasi pasti, bahkan tidak dapat diprediksi oleh siapapun, termasuk oleh profesional kesehatan sekalipun, walau derajat keilmuannya sangat mumpuni dengan sederatan reputasi ilmiah yang sudah dimilikinya.
Semua orang dan keluarga besarnya akan dengan terpaksa, sadar atau disadarkan akan meresponi kinerja Malaikat maut dengan dengan melafadzkan surat al- Baqarah,ayat 156, innalillahiwaina ilaihi rajiun, kita semua dari Allah dan pasti kembali menghadapnya.
Pengalaman hidup mengikuti, menyaksikan dan merasakan berpulangnya orang-orang dekat yang dicintai tentu dimiliki semua orang, namun dalam merefleksikan dan menarik bahan ajar untuk diri sendiri jelas tidak akan sama.
Wafatnya kedua orang tua, saudara kandung, saudara dari hubungan pernikahan dan siapapun yang bertali batin dengan kita, menimbulkan perasaan tidak menentu, sedih, dan situasi emosi diri yang tak mudah menyebutnya, itulah sebabnya Islam mengajarkan penting takziah, mengunjugi, bertemu dan berjabat tangan langsung dengan orang yang ditimpa musibah.
Saat musibah adalah masa-masa jiwa orang berada dititik rendah, sedih dengan segala eksperesinya. Ujian hidup, khususnya musibah kehilangan dan pergi untuk selama-lamanya orang tercinta pasti tidak mudah menerimanya, iman, ikhlas dan sabar itu yang dapat mengendalikannya. Saat musibah yang penuh kesedihan, kesulitan dan kecemasan kehilangan harapan tentu memerlukan dukungan orang terdekat dan relasi sosial yang ada dimasa-masa biasa.
Relasi sosial yang sudah meniscayakan hubungan saling berbagi, kaba baik bahimbaua, kaba buruk bahamburan (berita baik diundang, berita buruk spontan datang), yang diajarakna kearifan adat Minangkabau ini, kini tengah mengalami ujian. Relasi sosial peduli disaat musibah ini masih ada, namun dalam pelaksanaannya sudah bergeser ke dunia digital, whatsaap, pesan vidio, karangan bunga dan pengunaan platform medsos lainnya. Artinya yang beroleh manfaat dari kesedihan saudara kita itu sekarang adalah medsos, pedagang karangan bunga dan penjual pulsa.
Komunikasi lisan, bahasa verbal, sentuhan jabat tangan, doa dan ucapan duka yang disampaikan oleh teman, sahabat, rekan kerja, relasi bisnis, dan semua orang yang berhubungan adalah obat jiwa yang diyakini menimbulkan kekuatan ruhani bagi sahabat yang ditimpa musibah, (melihek an muko nan sabak, hati nan janiah). Namun, itu kini berubah dengan kiriman karangan bunga, ucapan duka di medsos dan sudah agak baik, jika diikuti dengan terlpon langsung.
MENYIAPKAN DIRI HUSNUL KHATIMAH
Menyiapkan diri untuk mendapatkan akhir hayat yang husnul khatimah, akhir yang baik, adalah tugas hidup yang tak dapat dialihtugaskan atau dialihfungsikan. Kematian itu hukum Allah (sunnatullah) yang bergabung dengan ketentuan Allah (qadarullah).
Musibah kematian adalah realitas hidup yang niscaya adanya. Iman kepada al-Quran adalah satu-satunya yang menguatkan hati menerima musibah kematian. Hanya penjelasan al-Quran yang dapat memastikan bagaimana situasi kematian, proses kejadiaan, setelah dan masa-masa yang akan dijalani oleh sang hamba yang diberi amanah hidup.
Husnul khatimah dapat dicapai semua orang, karena standar operasional (SOP) sudah ditetapkan dalam wahyu suci, sebagai satu-satunya sumber otoritatif tengan akhir kehidupan.
Petugas Allah, Malaikat Izrail yang memiliki mandat kuasa mencabut nyawa tidak dapat diketahui jam kerja, cara kerja dan siapa orang yang akan dicabutnya nyawanya, sangat rahasia dan tidak dapat diajak kompromi.
قُلْ يَتَوَفّٰٮكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ
"Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.""(QS. As-Sajdah 32: Ayat 11).
Pasca tugas Izrail dilakukannya ada beberapa kondisi dan situasi jiwa manusia saat mengakhiri hidupnya.Mereka yang hidupnya berlumuran dosa dan maksiat akan sengsara. Sang pendosa setelah melihat, mendengar dan merasakan kematian akan berteriak dan itu kelihatan diwajahnya.
وَلَوْ تَرٰۤى اِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَا كِسُوْا رُءُوْسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَاۤ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَا رْجِعْنَا نَعْمَلْ صَا لِحًـا اِنَّا مُوْقِنُوْنَ
"Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin. ""(QS. As-Sajdah 32: 12).
Sedangkan mereka yang dulunya tidak menerima kebenaran agama (kafir), akan mengalami situasi yang sangat mencemaskannya, iaakan sadar saat ia kembali pada Tuhannya yang diikuti dengan penyesalan luar biasa dan ingin kembali hidup untuk beramal saleh.
حَتّٰۤى اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَا لَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),"(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 99)
لَعَلِّيْۤ اَعْمَلُ صَا لِحًـا فِيْمَا تَرَكْتُ ۗ كَلَّا ۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۗ وَمِنْ وَّرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
"agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan."(QS. Al-Mu'minun 23: 100).
Ayat dan hadis menyebutkan bahwa setiap orang yang abaikan agama pada umum menginginkan kembali diberi kesempatan hidup untuk memberikan yang terbaik, padahal itu pasti tidak akan terjadi, karena antara orang hidup dengan yang wafat itu ada barzakh. Alam barzakh, dimulai saat hamba berpisah nyawa dengan badan, seterus dimakamkan di pandam pekuburan, semeriah dan semahal apapun kuburannya, barzakh tetap saja berjalan sesuai kerja hidup yang sudah dilalui.
Pasti Malaikat Munkar dan Nakir bekerja profesional dan tak dapat diajak bernegosiasi dalam makna ada tawar menawar atas kesalahan.
لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ
"Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam."(QS. Qaf 50: Ayat 22). Alam kubur, barzakh itu dijelaskan oleh Nabi dalam banyak hadits.
Dalam tafsir Ibnu Kasir diterangkan, Abu Hurairah mengatakan bahwa apabila orang kafir (jenazahnya) diletakkan di dalam kuburnya, maka ia melihat tempat kedudukannya di neraka, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, maka aku akan bertobat dan beramal saleh." Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya engkau telah diberi usia yang cukup." Maka disempitkanlah kuburnya dan menangkup menjadi satu, sedangkan dia sekarat karena kesakitan; semua serangga yang ada di dalam bumi, ular-ular dan kalajengking-kalajengking mematukinya.
Sa'id ibnul Musayyab, dari Aisyah r.a. mengatakan, "Kecelakaan yang besarlah bagi para pelaku maksiat dalam kuburnya. Kuburan mereka dimasuki oleh ular-ular yang hitam legam; ular yang ada di kepalanya dan ular yang ada di kakinya menelan tubuhnya, hingga keduanya bertemu di tengah-tengah tubuhnya. Yang demikian itu adalah azab di alam barzakh (kubur)nya." Selanjutnya Siti Aisyah membaca firman-nya: Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (Al-Mu’minun: 100)
Abu Saleh dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di hadapan mereka. (Al Mu’minun: 100) Makna asal wara' ialah belakang, tetapi makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah di hadapan.
Mujahid mengatakan bahwa alam barzakh ialah alam yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat.
Muhammad ibnu Ka'b, barzakh adalah alam yang terletak diantara alam dunia dan alam akhirat. Para penghuninya tidak sama dengan ahli dunia yang dapat makan dan minum, tidak pula sama dengan ahli akhirat yang mendapat balasan dari amal perbuatan mereka.
Abu Sakhr mengatakan bahwa barzakh adalah alam kubur, para penghuninya tidak ada di dunia dan tidak pula di akhirat; mereka tinggal di alam barzakh menunggu sampai hari berbangkit.
Situasi alam barzkah ini akan masuk ke dalam kesadaran diri saat seorang dengan rendah hati melakukan tugas akhir memasukkan jenazah ke liang kubur.
Saat itu akan terasa ngilu dihati, hentakkan jiwa, saat nanti akupun akan ke tempat seperti ini. Benar nasihat Rasul, kematian itu adalah mauidzah (bahan ajar) paling efektif untuk hamba.
Umat Islam yang tak percaya sepenuh hati (kaum munafiqun) lebih menyedihkan lagi nasibnya yang sangat kikir, tidak mau menolong saudaranya bahkan mereka mendustai, dan menjadi pengkhianat.
وَاَ نْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰۤى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۙ فَاَ صَّدَّقَ وَاَ كُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.""(QS. Al-Munafiqun 63: 10).
Kaum muslim yang dengan sadar, menyadari dan menyadarkan tentang kematian dan situasi yang akan dijalani dalam masa panjang adalah jiwa yang diundang, disambut dan diberikan sinyal kebahagian sorga dan hidup dalam ridha Allah.
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."(QS. Al-Fajr 89:28)
Keyakinan diri bahwa saudara yang tengah ditakziahi atau sedang mengalami situasi sulit, sakratul maut, posisi jiwanya masuk kategori seperti di atas ditunjukkan Allah melalui tanda-tanda akhir hayatnya. Tenang, dan wajah cerah dapat dipercaya dia tengah melihat suasana jiwa yang menyenangkan. Kebaikan hidup dan manfaat yang dilakukannya selama hidup, membawa effek pada jiwa saat akan menghadap Allah swt.
Akhirnya ingin dinyatakan bahwa pengetahuan yang berakumulasi dengan pengalaman mendampingi dan ikut mengantar jasad ke liang lahat orang-orang tercinta yang wafat menunjukkan sekaligus meneguhkan (istiqamah) pada diri betapa pasti ayat-ayat tentang cara kerja, situasi jiwa dan harapan orang yang sedang berproses menghadap Tuhannya. Orang pemurah akan dengan mudah dan berwajah cerah di akhir hayatnya. Orang yang baik, lurus, jujur dan tak banyak menyakiti orang dapat dengan mudah menghadapi sulitnya kematian, lafazd dzikir la ilaha illa Allah keluar dengan ringan di mulutnya dan ia tidak resah menghadapi sakit yang dideritanya. Semoga kakak, adik, ibu, dan semua saudara yang mendahului kita husnul khatimah, diterima (diridhai) Allah dan ditempatkan di sorga-Nya, amin yarabal alamin. (Muhasabah diri atas wafatnya kakak ipar Hj. Nurmila, Jumat, 28 Apri 2023 dan adik kandung Rasul Hamidi, S.Pd Jumat, 12 Mei 2023).