MENGUNGKIT POTENSI BASAPA SYEKH BURHANUDDIN

Oleh: Duski Samad
Ketua Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin

Hamka menulis dalam bukunya Ayahku, bahwa Syekh Burhanuddin murid dari Abdur Rauf al-Sinkili kembali ke kampung halamanya tahun 1100 H/1680M dan ia meninggal dunia di Ulakan Pariaman 1111H/1691M adalah tokoh yang sangat mashur dengan panggilan Syekh Burhanuddin Ulakan. Syekh Burhanuddin adalah pengembang Islam di Minangkabau yang menjadi pusat Islamisasi abad ke 17 Masehi. Jejak keberadaan tokoh ini dapat ditemukan pada pendidikan surau, akulturasi budaya Islam dengan tradisi lokal , dan  wisata religi ziarah harian dan ziarah massal pada  peringatan hari wafatnya yang dikenal dengan Basapa, (bersyafar).

Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Nusantara XVII-XVIII, Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, begitu juga penulis tentang pembaharuan pemikiran dan pendidikan di Minangkabau semuanya menuliskan tentang keberadaan dan peran Syekh Burhanuddin Ulakan dalam pengembangan Islam dan Pendidikan Islam. Namun, dalam perkembangannya terbatasnya studi ilmiah yang dipercaya dan dapat menjadi sumber literasi yang sahih tentang Syekh Burhanuddin, kecuali hanya cuplikan dari buku sejarah ulama dan gerakan keislaman di Indonesia,  dan masih kuatnya memory kolektif masyarakat adalah tugas akademisi, pakar dan Perguruan Tinggi Islam untuk menggalinya dan menyediakan kajian ilmiah untuk hal tersebut.

 Perguruan Tinggi Islam IAIN kini UIN Imam Bonjol telah menyadri terbatasnya kajian dan telah menyediakan hasil penelitian, berupa Skripsi, Tesis Magister dan Disertasi Doktor yang berkaitan dengan peran Syekh Burhanuddin sudah cukup banyak, namun masih terpisah dan tersimpan di perpustakaan. Sosialisasi, edukasi dan literasi terhadap tokoh pengembang Islam abad ke 17 masehi masih terbatas dilingkungan ulama dan jamaah pengikut tarekat Syathariyah yang setiap Rabu kedua di bulan Syafar melakukan ziarah bersama yang disebut dengan Basapa.

PUSAT STUDI DAN LITERASI SYEKH BURHANUDDIN
Ikhitiar untuk memperkuat memoar dan mengangkat nama ulama untuk spirit keumatan sudah lama berlangsung, salah satu di antaranya didirikan Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin yang saat ini  mengasuh STIT Syekh Burhanuddin. Menjadi kewajiban semua untuk memperkuat studi ilmiah tentang pendidikan, budaya dan wisata religi ziarah rutin dan ziarah bersama dikenal dengan Basapa yang sudah berlangsung lama di makam Syekh Burhanuddin, dan lebih lagi sejak 1978 Syekh Burhanuddin sudah diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh Burhanuddin.

Di antara program yang dapat dikembangkan adalah pendirian pusat Penelitian, Pengembangan dan Advokasi pendidikan, kebudayaan dan wisata religi. Pusat pendidikan dan dokumentasi karya tulis, perpustakaan fisik dan digital. Melakukan Seminar, Workshop dan pertemuan ilmiah lainnya. Mengembangkan ivent ziarah dan ziarah Basapa melalui media audio.  Mengembangan Halaqah Tarekat Syathariyah dan Tarekat lainya. Mengembangkan Wisata Religi Makam Syekh Burhanuddin dan kegiatan lain sesuai bagi edukasi dan literasi Syekh Burhanuddin .

MENDAYAGUNAKAN MODAL SOSIAL JAMAAH  
Potensi pengembangan Syekh Burhanuddin paling nyata itu dari banyak sisi yang dapat diberdayakan. Dari segi pendidikan dan jaringan keulamaan Islam Minangkabau dengan Kerajaan Darussalam Aceh yang begitu kuat pada abad ke 16-18 masehi adalah kekuatan bagi pengembangan pendidikan, budaya dan wisata religi. Setiap tahunnya ulama dan jamaah Tarekat Syathariyah di Sumatera Barat dengan kendaraan mobil cukup ramai berziarah ke makam Syekh Abdurrauf al-Sinkili di Banda Aceh. Dalam hal hubungan guru dan murid masih tetap ada santri Aceh yang belajar ke Minangkabau dan tidak sedikit pula santri Minangkabau yang menuntut ilmu di Banda Aceh.

Dalam penelitian juga disebutkan bahwa jaringan antara Surau di Minangkabau dengan Dayah, Rangkang dan Meunasah di Aceh  sampai awal abad ke 20 masehi masih kuat, namun di abad 21 masehi ini hanya sebatas hubungan personal dan tidak lagi difasilitasi negara. Begitu juga sebutan terhadap  tokoh agama atau ulama di Minangkabau Tuanku, diyakini sebagai bentuk dari pengaruh Aceh terhadap Minangkabau.

Keberadaan Tuanku sebagai pilar utama kehidupan beragama di tingkat nagari disebut oleh pengkaji pendidikan Islam, bahwa otoritas keagamaan yang melekat dengan Tuanku yang masih dipanut masyarakat adalah modal sosial yang dapat mengungkit  kemajuan masyarakat. Lembaga pendidikan surau (halaqah alias mangaji duduk)di Padang Pariaman dan daerah lain yang memiliki hubungan sipritual, tradisi dan keguruan dengan Syekh Burhanuddin setiap tahunnya melahirkan Tuanku.

TUANKU, DAN ZIARAH JALANG GURU
Potensi Basapa  kini berkembang luas, di makam Syekh Burhanuddin saja ada 4 (empat) kali Basapa. Sapa gadang, dilaksanakan Rabu kedua setiap bulan Syafar. Sapa ketek Rabu ketiga bulan Syafar. Sapa Tuanku Salih Keramat, Ahad dua minggu jelang Ramadhan, dan Sapa Tuanku Batang Kabung Padang, Rabu keempat di bulan Rajab. Keempat kali itu Basapa itu sellalu ramai dan pesertanya dari berbagai daerah di Sumatera Barat dan daerah lainnya.

Jamaah tarekat Syathariyah yang bersilsilah dengan Syekh Burhanuddin dan Syekh Abdur Rauf juga melakukan kegiatan menziarahi makam Syekh Burhanuddin dan diteruskan ke Banda Aceh makam Abdur Rauf al Sinkili. Setiap tahunnya Tuanku memimpin jamaah tarekat yang ziarah jumlahnya terus bertambah, perkiraan seorang Tuanku setidaknya 100 mobil berangkat dari Padang Pariaman ini saja.

Potensi Tuanku, Surau dan Jamaah dilingkungan pengikut Syathariyah mestinya dapat dimaksimalkan bagi kepentingan penguatan kehidupan beragama, ekonomi dan sosial keumatan. Tuanku, baik yang sudah diperkuat dengan pendidikan tingkat lanjutan Sarjana, Magister dan Doktor, maupun yang masih kuat kharismanya di masyarakat adalah figur publik yang lebih mudah menjadi motor perubahan bagi kemajuan.

MASJID, MAQAM DAN SARANA
Adanya Masjid Agung Syekh Burhanuddin yang luas dan megah adalah daya tarik yang mestinya dapat berdayaguna luas. Pengelolaan dan pemanfaatan Masjid melebihi dari shalat berjamaah, seperti adanya perpustakaan masji, adanya ceramah terjadwal dengan ustad yang mumpuni, dan kegiatan keagaman lainnya diyakini dapat menjadi daya ungkit kehadiran jamaah.
Maqam Syekh Burhanuddin secara pusat ziarah terus dikembangkan dan secara fisik menunjukkan kemajuan mengembirakan. Namun, secara nilai, dan sakral ziarah masih belum maksimal, baik karena terbatasnya sumber daya Labai, Urang Siak dan pihak yang ada disekitar maqam, maupun masih adanya praktek tidak baik yang merusak kenyamaan ziarah pengunjung.

Sarana lingkungan maqam, akses jalan di luar ditengah-tengah pasar, jalan-jalan dalam maqam yang dipenuhi pedangang kaki lima yang membuat pergerakkan jamaah sempit adalah kendala sosial masyarakat yang dapat ddikordinasikan. Pembinaan pedagang kecil untuk bersih, sehat dan membawa kenyamanan adalah kerja kordinatif yang memerlukan pendampingan tokoh masyarakat.

Akhirany dapat disimpulkan bahwa Basapa tidaklah sebatas ivent ziarah keagamaan saja, tetapi juga mengandung potensi pendidikan, budaya, ekonomi dan wisata religi. Meluasnya terma basapa, tumbuhnya budaya ziarah atau menjalang guru  dilingkungan dilingkungan jamaah tarekat Syathariyah adalah peluang untuk mengungkit ekonomi, budaya dan wisata religi. Dalam lingkup pengembangan kehidupan beragama yang lebih baik, ekonomi yang meningkat dan wisata religi yang membawa manfaat kebaikan maka potensi Basapa mesti diungkit untuk kemaslahatan bersama. Ds. 06082022.