Oleh: Prof.Dr.Duski Samad, M.Ag
Ketua Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin Penyelenggara, MTs, MAS dan STIT SB (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syekh Burhanuddin) Pariaman
Pendidikan adalah keutamaan manusia "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!""
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 31).
Pendidikan seiring sejalan dengan dakwah.."Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya."(QS. At-Taubah 9: Ayat 122)
Dua ayat di atas adalah landasan normatif bahwa belajar itu tiada batas, seluruh fenomena kehidupan harus dipelajari, begitu juga pendidikan mesti beriringan dengan gerakan Islamisasi dalam arti seluas-luasnya.
Dunia pendidikan Islam tidak akan pernah selesai untuk dibicarakan karena pendidikan itu eskalator kemajuan Islam dan umatnya. Pendidikan Islam di Indonesia lahan jihad yang sejak awal dilakukan ulama pendidik tanpa henti.
Pendidikan Islam perintah syariat yang beriringan dengan gerakan dakwah (QS. al-Taubah, 122). Pendidikan dan dakwah dua garis paralel yang harus beriringan untuk mencapai tujuan yang sama, lihat dua rel kereta api tempat berjalannya lokomotif.
Pendidikan Islam di Kabupaten Padang Pariaman memiliki jejak sejarah gemilang, Tanjung Medan Ulakan pernah dijuluki Nagari 100 surau tempat mengaji anak-anak dari berbagai wilayah di Minangkabau. Catatan terakhir Surau Mato Air pernah tempat mengajinya Syekh Ibrahim Musa Parabek di tahun 1800 lalu (Baca Buku Riwayat hidup Inyiak Parabek).
Pasca 30 S PKI (1965) sampai era digital ini dinamika, dan situasi pendidikan Islam tidak jauh berbeda. Surau Mengaji duduk, yang berubah nama menjadi Pondok Pesanteren untuk penyesuaian nomeklatur tumbuh kecil-kecil, institusi, kurikulum, kompetensi dan performnace alumni, tak banyak berubah seperti yang diwarisi abad 19 dan 20 lalu.
Adanya MIN, MTsN,dan MAN jumlahnya juga tidak sebanyak daerah lain, lebih lagi Perguruan Tinggi Islam swasta STIT SB sejak 1978, kini berdiri IAI
masih jauh tertinggal dengan Kabupaten lain. Apa, mengapa dan siapa yang patut memikirkan ini semua? tentu masyarakat Padang Pariaman.
KUANTITAS DAN KUALITAS
Kemauan masyarakat, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk menambah jumlah lembaga pendidikan Islam tentu harus dibangkitkan. Basis keagamaan yang kuat diyakini dapat menyiapkan anak bangsa yang kokoh menghadapi era digital.
Semangat alumni Pondok Pesantren dan pengelola sekolah Islam terpadu mendirikan institusi baru adalah harapan yang mesti mendapat dukungan semua pihak.
Dikutip dari Provinsi Sumatra Barat Dalam Angka 2023, Padang Pariaman merupakan kabupaten/kota yang memiliki pondok pesantren terbanyak di Sumbar yaitu dengan jumlah 51. Sedangkan Madrasah Tsanawiyah ada 22 buah dan Madrasah Aliyah Negeri ada 3 buah.
Data di atas menunjukkan jumlah yang banyak dari segi partisipasi masyarakat terhadap pendidikan Islam khususnya Pondok Pesantren dengan kualifikasi belum dapat dikatakan dipapan atas atau tengah, masih digaris bawah, kecuali satu atau dua.
Banyaknya Surau mangaji duduk yang didaftarkan degan nomeklatur Pondok Pesantren indikasi masih kuatnya semangat keagamaan umat, hanya saja tugas Kementrian Agama, DPR RI Komisi VIII dan Pemerintah Daerah memberikan layanan lebih baik, sebab mereka sudah membantu negara dalam mencerdaskan bangsa.
Belajar di negara tetangga saja mislanya Malaysia mereka sudah menyelesaikan kewajiban belajar dasar 9 (sembilan) tahun, pendidikan gratis bagi miskin, penghasilan maksimal 1000 ringit, dan pendidikan swasta yang terus membaik karena jelasnya arah, regulasi dan kewajiban negara terhadap pendidikan. Tidak ada lagi disparitas antara jenis pendidikan (negeri dan swasta) dan bantuan yang sepertinya tak ada batas tentang pendidikan.
SINERGISITAS
Nogbrol Pendidikan Islam ini setidaknya memberikan kesadaran bersama bahwa pendidikan Islam itu tugas semua pihak, maka memperkuat jaringan dan sinergi adalah langkah yang mesti ditempuh.
Pendidikan sebagai tanggung jawab semua, dan kewajiban negara maka perhatian dunia pendidikan terhadap politik tidak dapat dielakkan. Memilih calon anggota DPR RI yang care dan terus berikhitiar untuk memajukan pendidikan Islam adalah tugas mulia untuk kemajuan pendidikan Islam di masa datang.
Sinergi dan saling bekerjasama semua stakeholder untuk pendidikan adalah keharusan jika Padang Pariaman tetap diperhitung di masa datang, jangan biarkan Islam tinggal tradisi, rumah ibadah, tempat makam tokoh pendidikan Islam Syekh Burhanuddin dan ulama lain sekedar tempat ziarah, sementara ulama penganti mereka hanya tinggal sebatas pembaca doa dan penyelenggara jenazah.
Pendidikan dasar, menegah, pondok pesantren, surau mangaji duduk mari membaca zaman. Islam hadir untuk semua zaman, shalih li kulli zaman wa makan, (sesuai untuk semua waktu dan tempat). Artinya melanjutkan ke Perguruan Tinggi anak didik, anak siak, dan pakiah sebagai calon ulama adalah kehendak zaman untuk menyiapkan ulama sarjana, sarjana ulama.
STIT SB tahun akademik 2023-2024 ini mengagas kerjasama dengan Pondok Pesantren mencetak Sarjana Ulama dengan bantuan beasiswa, belajar bisa tetap di Pesanteren (blended syitem), dan magang tinggal di Pesanteren satu semester.
PENDIDIKAN ISLAM DI MASA DEPAN
Residu era digital di antaranya adalah kecemasan, kegelisahan dan peremehan terhadap kemanusiaan manusia. Ancaman perang nuklir, penyakit yang dapat mematikan massal, bencana alam dan krisis kemanusiaan menambah kepanikan global.
Pendidikan Islam diyakini akan terus diperlukan untuk memberikan makna dan arti terhadap kehidupan. Pendidikan Islam menjadi pilihan untuk mengembalikan manusia pada jati diri dan arti kemanusiaan yang sejati.
AI (artifisial intelektual) yang dipasang di robot yang akan menganti peran manusia, ternyata tidak mampu memenuhi hajat dasar manusia sentuhan jiwa, empati, simpati dan penghargaan terhadap lawan bicaranya. Ruang kosong yang tak terisi oleh AI, itulah yang memerlukan adanya pendidikan Islam.
Masa depan Pendidikan Islam diyakini akan terus menguat, yang diperlukan adalah pegiat pendidikan Islam dapat menemukan cara tetap untuk adaptif dengan perubahan. Institusi, kurikulum, metode pendidikan, guru dan sarana yang sesuai kebutuhan generasi milinial adalah tantangan bagi semua pengelola pendidikan.
Pengalaman di negara jiran menunjukkan keseriusan negara dalam meneguhkan peran pendidikan Islam dapat terbaca pada ketersediaan pembiayaan yang cukup, keterbukaan dialog pendidikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, misalnya Fakultas Pendidikan Islam Kotemporer, Prodi Islam dan Pengubatan Kotemporer dan ilmu-ilmu lainnya.
Pesan pendidikan Islam mesti segera melakukan revitalisasi visi, misi, orentasi, arah dan maindset penyesuaian dengan kebutuhan masa depan, kesimbangan dunia dan akhirat (QS. Qashas, 77). Pendidikan yang meninggi derajat kemanusia, (QS. al Mujadilah, 11). Pendidikan yang melahirkan ilmuwan dan ulama berakter ilahiyah (QS. Fathir, 28). Pendidikan yang tak berhenti mengkaji, meneliti, riset (QS. An-Nahl,43).
Kerjakan pendidikan Islam hendaknya tetap dalam frame menempatkan manusia sebagai pengendali kehidupan (khalifah) sesuai mandat ilahi (QS. al-Baqarah, 30) dan sekaligus juga sebagai hamba Allah, (QS. al-Dzariyat 57).
Akhirnya patut disampaikan dalam ruang berharga Ngopi bersama tokoh nasional, tokoh masyarakat dan pengiat pendidikan Islam bahwa marilah terus menyuarakan kewajiban belajar sepanjang hayat, ikut terlibat aktif pendidikan Islam itu tugas semua umat dan pendidikan berkualitas adalah prasyarat untuk kemajuan umat dan bangsa. Pendidikan Islam di masa depan adalah yang tetap dalam bingkai menghasilkan khalifah dan hamba Allah. (NOGOPI (Ngobrol Pendidikan Islam) di Padang Pariaman Bersama Jhon Kenedy Aziz Anggota Komisi VIII DPR RI, Selasa, 05 September 2023.ds.04092023.